Berbagi cerita islami

Rabu, 22 Juni 2016

Miriss Bacanya,,,PAPA, KEMBALIKAN TANGAN ITA… – Ribuan-Juta, Orang Menangis Setelah Membacanya"!! Mohon Bantu SHARE/BAGIKAN Semoga Kisah Ini Menjadi Renungan Buat Para Orang Tua..!!!

Miriss Bacanya,,, PAPA, KEMBALIKAN TANGAN ITA… – Ribuan-Juta, Orang Menangis Setelah Membacanya “!! Mohon Bantu SHARE/BAGIKAN Semoga Cerita Ini Jadi Renungan Buat Para Orang Tua..!!!

Untuk para orang tua yang anaknya kreatif, jangan lagi dipukul ya.. Tolong baca kisah riil yang menyentuh hati ini, narasi tentang seorang anak kecil bernama Ita yang memohon pada papanya untuk kembalikan tangannya.
Sebagai orang tua kita pantas menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati. Khususnya pada anak-anak yang masih kecil serta tidak tahu apa-apa.

Ayah, Kembalikan Tangan Ita… – Ribuan Orang Menangis Setelah Membacanya!!
Menghajar serta memberikan pembelajaran dengan cara memukul bukanlah cara terbaik. Inilah cerita riil itu :
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah saat mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga 1/2 th.. Sendirian di rumah, dia kerap dibiarkan pembantunya yang repot bekerja.
Dia bermain di luar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun diatas ayunan yang dibeli papanya, ataupun memetik bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Satu hari dia lihat sebatang paku karat. Dia juga mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan namun karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tak terlihat. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu berwarna putih, coretannya tampak terang. Apa lagi kanak-kanak ini juga bikin coretan sesuai sama kreativitasnya.
Hari itu ayah serta ibunya mengendarai motor ke tempat kerja lantaran jalan macet. Sesudah sang anak mencoret penuh segi yang samping kanan dia berpindah ke samping kiri mobil. Dibuatnya gambar ayam serta gambarnya sendiri dsb untuk ikuti imaginasinya. Peristiwa itu berjalan tanpa ada diakui si pembantu tempat tinggal.
Pulang petang itu, terkejutlah bapak ibunya lihat mobil yang baru satu tahun dibeli dengan cicilan. Si ayah yang belum lagi masuk ke tempat tinggal ini juga selalu menjerit, ‘Kerjaan siapa ini? ’ Pembantu tempat tinggal yang tersentak dengan jeritan itu lari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih lihat muka bengis tuannya.
Sekali lagi diserahkan pertanyaan keras padanya, dia selalu menyampaikan ‘Tak tahu…! ’ ‘Kamu di rumah selama seharian, apa sajakah yg kau kerjakan? ’ hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar nada ayahnya, mendadak lari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata ‘Ita yg bikin itu papa…. cantik kan! ’ tuturnya sembari memeluk papanya menginginkan bermanja seperti umum. Si bapak yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, selalu dipukulkannya berulang-kali ke telapak tangan anaknya.
Si anak yang tidak tahu apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekalian ketakutan. Senang memukul telapak tangan, si bapak memukul juga belakang tangan anaknya. Si ibu hanya mendiamkan saja, seakan merestui serta terasa senang dengan hukuman yang
dipakai. Pembantu tempat tinggal terbengong, tidak paham mesti berbuat apa? Si ayah cukup keras memukul-mukul tangan kanan serta lalu tangan kiri anaknya.

Sesudah si ayah masuk ke tempat tinggal dituruti si ibu, pembantu tempat tinggal menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Diliatnya telapak tangan serta belakang tangan si anak kecil luka-luka serta berdarah. Pembantu tempat tinggal memandikan anak kecil itu. Sembari menyiram air sembari dia turut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan waktu luka-lukanya itu terserang air. Si pembantu tempat tinggal lalu menidurkan anak kecil itu. Si ayah berniat membiarkan anak itu tidur berbarengan pembantu tempat tinggal.
Keesokkan harinya, ke-2 iris tangan si anak bengkak. Pembantu tempat tinggal mengadu. ‘Oleskan obat saja! ’ jawab tuannya, ayah si anak. Pulang dari kerja, dia tak memerhatikan anak kecil itu yang menggunakan saat di kamar pembantu. Si ayah konon ingin mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si bapak tak pernah menjenguk anaknya sesaat si ibu juga demikian namun sehari-hari ajukan pertanyaan pada pembantu tempat tinggal. ‘Ita demam…’ jawab pembantunya ringkas.
‘Kasih minum obat penurun panas, ’ jawab si ibu.
Sebelumnya si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Waktu diliat anaknya Ita dalam pelukan pembantu tempat tinggal, dia tutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari ke empat, pembantu tempat tinggal menginformasikan tuannya kalau suhu tubuh Ita sangat panas. ‘Sore kelak kita bawa ke klinik’ kata majikannya itu. Hingga waktunya si anak yang telah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke tempat tinggal sakit lantaran kondisinya serius. Sesudah satu minggu di rawat inap dokter memanggil ayah serta ibu anak itu.
‘Tidak ada pilihan.. ’ tuturnya yang mengusulkan supaya ke-2 tangan anak itu diamputasi lantaran gangren yang berlangsung telah sangat kronis.
‘Tangannya telah bernanah, untuk menyelamatkan nyawanya ke-2 tangannya butuh dipotong dari siku ke bawah’ kata dokter.
Si ayah serta ibu seperti terserang halilintar mendengar kalimat itu. Merasa dunia berhenti berputar, namun apa yang bisa disebutkan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati serta lelehan air mata isterinya, si ayah terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran lihat ke-2 tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah serta ibunya. Lalu ke muka pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi lihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
Ayah.. Mama… Ita akan tidak melakukannya lagi. Ita tidak ingin dipukul ayah. Ita tidak ingin jahat. Ita sayang ayah.. sayang ibu. ’ katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
‘Ita juga sayang Kak Narti.. ’ katanya melihat muka pembantu rumah, sekalian membuatkan gadis itu meraung histeris.
‘Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa di ambil.. Ita janji tidak bakal mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita ingin makan kelak? Bagaimana Ita ingin bermain kelak? Ita janji tdk bakal mencoret-coret mobil lagi, ’ tuturnya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kalimat anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati tetapi takdir yang telah terjadi, tidak ada manusia bisa menahannya.

Pelajaran yang begitu berharga buat para orang tua, anak nakal itu biasa, bila anak kecil terluka, berilah perhatian sendiri pada anak serta jangan bergantung pada pembantu. lantaran mereka sejatinya cuma membantu. Pekerjaan paling utama mendidik anak ada di tangan anda!!

Source: http://www.media-trendterheboh.com

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar