Mengapa
Hidup Malang dan Penuh Kesulitan, Padahal Rajin Ibadah? Apakah Anda
termasuk yg mempertanyakan hal ini di hati kecil Anda? Kisah ini akan
menjawab pertanyaan Anda tersebut...
Tersebutlah seorang lelaki yg kusam dan senantiasa murung. Wajahnya kecut dan keruh. Ia mendatangi gurunya untuk mengadu. Sang guru adalah Abu Yazid al-Busthami. “Tuan Guru,”ungkapnya memulai, “Sepanjang hidup, saya beribadah kepada Allah. Saya bermunajat ketika orang lain lelap dalam tidur, dan sudah mengaji saat istri saya belum bangun. Saya juga bukan pemalas.”Tanyanya mencari solusi, “Tetapi, mengapa saya selalu malang dan hidup dalam penuh kesulitan?”
dituturkan Mas Udik Abdullah dalam
Bagai Mengukir di Atas Air, “Wajahnya senantiasa berseri. Tiap kesedihan
diterimanya dengan sabar. Keceriaan selalu dijaga. Ramah sikapnya,
senyum terkulum manis di wajahnya, penuh dengan persahabatan. Wajahnya
senantiasa berseri.”
Semoga Bermanfaat :)

Tersebutlah seorang lelaki yg kusam dan senantiasa murung. Wajahnya kecut dan keruh. Ia mendatangi gurunya untuk mengadu. Sang guru adalah Abu Yazid al-Busthami. “Tuan Guru,”ungkapnya memulai, “Sepanjang hidup, saya beribadah kepada Allah. Saya bermunajat ketika orang lain lelap dalam tidur, dan sudah mengaji saat istri saya belum bangun. Saya juga bukan pemalas.”Tanyanya mencari solusi, “Tetapi, mengapa saya selalu malang dan hidup dalam penuh kesulitan?”
Sang
guru yg bijak itu pun menyampaikan petuahnya, “Perbaiki penampilanmu.
Dan, ubahlah roman mukamu.” Jelasnya kemudian, Sebab Rasulullah adalah
satu di antara sosok miskin di dunia ini, tetapi wajahnya tak pernah
keruh dan senantiasa cerah ceria. Mendengarkan taujih sang guru, murid itu hanya menunduk dalam hening. Dan setelahnya, sebagaimana
Orang
yg beriman, menurut Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib, adalah sosok yg
meletakkan kesedihan di dalam hatinya, sedang wajahnya senantiasa
tersenyum, cerah-ceria. Alhasil, yg senantiasa disaksikan oleh
sahabat-sahabat dan orang sekitarnya hanyalah bahagia, sukacita,
gembira, dan hal-hal menyenangkan lainnya.
Mereka
menjunjung tinggi nasihat Nabi yg mulia. Agar tidak meremehkan kebaikan
sekecil apa pun, termasuk wajah cerah, senyum sumringah, tatapan penuh
semangat, dan ekspresi kebahagiaan saat bersua dengan sesamanya. Karena
yg seperti itu biasanya jg bisa disebut dengan ibadah yg kecil namun
jika dilakukan terus menerus akan semakin besar.
Senada
dengan petuah Sang Nabi, Imam Hasan al-Bashri jg sampaikan nasihat,
awal keberhasilan sebuah pekerjaan adalah roman wajah yg ramah dan penuh
senyum. Sebab memang, dari pribadi-pribadi seperti inilah didapati
semangat dan optimisme yg tinggi.
Harapan
mereka amat mendalam kepada Allah Ta’ala, cita-cita mereka tinggi dan
jauh menembus sekat dunia, surga adalah mimpinya. Karena itu, apa yg
dijalani di dunia, semua fase kehidupan dan pernak pernik yg dialaminya,
dianggap sebagai sebuah proses keniscayaan dalam hidup yg mesti
dijalani dengan sabar saat musibah, dan syukur ketika mendapati nikmat.
Pribadi-pribadi
seperti inilah yg akan senantiasa memancarkan aura kebaikan kepada
sekitarnya. Dan, semoga Anda menjadi bagian dari mereka, Aamiin...